Selasa, 07 November 2017

Ungkapan Terima Kasih

Long Post. Copy Paste

"Arigatou" by Heru Erlangga

Ungkapan ini berarti “Terima kasih,” tapi secara harfiah mengandung arti “Sukar ini.” Makna dalamnya sangat dijiwai oleh orang Jepang yang berpandangan bahwa sedapat-dapatnya seseorang harus membalas kebaikan yang diberikan orang lain. Mengingat sukarnya membalas budi seseorang, mereka menyatakan kebaikan yang diterima tersebut merupakan sesuatu yang sukar dibalas.
Goshinsetsu arigatou gozaimashita.
Terima kasih atas kebaikan anda.
Arigatou saja dapat disampaikan kepada orang yang sederajat atau lebih rendah, tapi tidak untuk orang yang punya kedudukan lebih tinggi. Arigatou gozaimasu bisa diucapkan kepada atasan yang kedengaran lebih sopan bila ditambahkan dengan doumo menjadi:
Doumo arigatou gozaimasu.
Terima kasih banyak.
Kadangkala digunakan kata Doumo saja di antara orang yang sudah akrab, dan kepada orang yang lebih rendah menggantikan ungkapan arigatou.
Untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas kebaikan yang telah dan akan diterima, digunakan arigatou gozaimasu, kemudian arigatou gozaimashita untuk kebaikan yang sudah diterima.
Di samping itu, penggunaan kedua bentuk ini dipengaruhi pula oleh perasaan orang yang mengucapkannya. Apabila bentuk biasa arigatou gozaimasu yang digunakan, akan memberikan kesan bahwa kebaikan yang diterima akan mengendap lama dalam hatinya. Bentuk lampau digunakan, misalnya ketika mengembalikan buku seseorang yang dipinjam.
Seseorang yang memberikan pujian tidak lazim dibalas dengan ucapan arigatou gozaimasu melainkan dengan ungkapan lain.

A: Nihongo ga umai desu ne.
Bahasa Jepangnya bagus sekali.
B: Iie, mada-mada heta desu.
Tidak, masih bodoh.
Balasan ucapan terima kasih yang sering digunakan adalah iie, dou itashimashite (terima kasih kembali).
Ucapan iie saja sudah cukup menanggapi ucapan terima kasih yang disampaikan oleh seseorang tapi tidak diucapkan kepada atasan. Ada situasi yang tidak memerlukan balasan ucapan ini, misalnya pegawai toko atau pelayan restoran yang mengucapkan terima kasih kepada pengunjung. Dalam hal ini ucapan iie, dou itashimasite tidak diperlukan.
Orang yang banyak berhubungan bisnis sering mengucapkan Maido arigatou gozaimasu bila menerima telepon dari partner dagangnya. Sukar dicarikan terjemahan yang tepat dari ungkapan ini. Maido bisa diartikan sebagai “setiap kali, setiap waktu, sering” dan lain-lain. Jadi, ungkapan di atas mengandung makna “Terima kasih atas segala kebaikan yang selalu diberikan kepada kami.” Kadangkal hanya diucapkan Maido saja.
Sementara ungkapan ini mengandung suatu pengakuan terhadap budi yang diterima dari orang lain, pengembalian hutang budi tersebut perlu dipikirkan. Untuk suatu hal yang sepele, hal ini tidak akan menjadi beban pikiran betul. Tapi, suatu pengorbanan yang berarti yang diperbuat oleh orang lain atau suatu kebaikan yang menyentuh perasaan, tidak akan lenyap begitu saja. Oleh karena itu, tidak ada batasan sampai berapa kali atau sampai kapan seseorang itu mengucapkan terima kasih atas budi yang diterimanya. Seseorang yang merasa berhutang budi kepada dosen pembimbingnya sering menyampaikan ucapan terima kasih sekalipun dia sudah tamat dari sekolahnya, khususnya pada tahun baru.

Bila hendak menyatakan ucapan terima kasih yang mendalam kepada seseorang dapat ditambahkan kata lain yang ditempatkan sebelum ungkapan tersebut sebagaimana yang dapat dilihat dari contoh berikut, yang kira-kira berarti “Terima kasih banyak.”
Makoto ni arigatou gozaimashita.
Doumo arigatou gozaimashita.
Taihen arigatou gozaimashita.
Hontou ni arigatou gozaimashita.
Pernyataan berhutang budi atas kebaikan seseorang tidak selalu harus disampaikan dengan ungkapan terima kasih bahkan pada situasi tertentu ucapan terima kasih dapat melukai perasaan seseorang. Ada perasaan tidak enak yang timbul setelah menerima ucapan terima kasih dari seseorang atas pertolongan yang seharusnya bukan kewajibannya.
Bila seseorang mengambilkan buku yang terjatuh, seolah-olah sudah merupakan tugasnya berbuat demikian sehingga tidak perlu disampaikan ucapan terima kasih kepadanya. Dalam hal ini lebih baik digunakan ungkapan Sumimasen yang bermakna permintaan maaf atas susah payah yang dilakukan dan juga mengandung rasa terima kasih.

Sementara anak kecil lebih banyak mengucapkan arigatou pada hal-hal seperti ini, orang dewasa yang mengucapkan ungkapan yang sama sama akan kedengaran kekanak-kanakan.
Seseorang juga harus hati-hati menggunakan bentuk biasa dan bentuk lampau dari ungkapan ini, misalnya ketika mengakhiri suatu pembicaraan atau ceramah. Apabila diucapkan arigatou gozaimasu di akhir pembicaraan tersebut akan memberi pengertian kepada pendengar bahwa pembicaran belum lagi selesai dan akan dilanjutkan lagi. Pada situasi begini harus digunakan bentuk lampau menjadi arigatou gozaimashita.
Dalam buku Kamikaze buah tangan “Zabo” digambarkan tingkah laku unik manusia Jepang sehari-hari melalui karikatur. Pada salah satu bagiannya terlihat adegan seseorang yang membungkuk sambil mengucapkan terima kasih kepada ticket vending machine. Orang Jepang sendiri mengatakan bahwa hanya anak muda bodohlah yang mau berlaku demikian, tapi orang tua yang mengucapkan terima kasih kepada mesin tersebut setelah menerima karcis bukannya tidak ada.
Ada-ada saja ya.. '
Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah kenapa orang yang mengatakan terima kasih kepada mesin itu bisa saja ada, sedangkan berterima kasih pada pelayan toko atau restoran tidak perlu dilakukan? Mesin kan benda mati sedang pelayan toko atau restoran itu makhluk hidup..

Sumimasen

Kata kerja bentuk kamus dari ungkapan ini adalah sumu (selesai, berakhir, habis) yang berubah ke bentuk negatif Sumimasen. Dalam Koujien [Izuru Shinmura, Iwanami Shoten, 1986], ungkapan ini diartikan sebagai “Suatu hal yang tidak berakhir begitu saja, yang menyebabkan diri sendiri tidak akan tenang karenanya.” Makna yang tersirat di dalamnya adalah “Seseorang tidak merasa dan akan selalu mengenang kebaikan yang diterimanya atau kesalahan yang diperbuatnya.” Tidak diketahui apakah pernyataan tersebut benar-benar dihayati oleh manusia Jepang ataukah hanya sekedar basa-basi saja. Boleh jadi kedua-duanya berlaku.
Meskipun bermakna sedalam itu, dan Bahasa Indonesia dekat terjemahannya pada “Maaf.” Permintaan maaf ini disampaikan kepada orang-orang yang terganggu oleh suatu perbuatan. Atau perasaan bersalah yang muncul dalam hati sendiri sekalipun oraang tersebut tidak merasa terganggu.
Di tengah keramaian dianggap wajar saja bila terjadi perbenturan tubuh antara orang banyak dan tidak diperlukan suatu ucapan maaf. Namun, bila perbenturan tersebut menyebabkan seseorang agak terdorong atau menginjak kaki seseorang secara tidak sengaja maka pengucapan Sumimasen dengan segera sebagai ungkapan rasa maaf merupakan suatu kebiasaan yang baik. Begitu pula halnya bila sedang berbicara atau sedang melakukan sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu.
Seseorang yang kurang teliti mengerjakan sesuatu sehingga meninggalkan kerugian atau menyebabkan kegiatan lain terganggu dapat menggunakan ungkapan ini sebagai rasa penyesalan.
Fuchuui de hontou ni sumimasen deshita.
Saya mohon maaf atas kecerobohan saya.
Penambahan kata ga di belakang Sumimasen akan memperhalus ungkapan tersebut dan ini digunakan pula untuk menarik perhatian seseorang. Seorang bawahan akan memakai ungkapan ini bila hendak menanyakan sesuatu kepada atasannya.

Shain : Sumimasen ga.
Maaf, pak.
Sachou: Hai.
Ya.
Shain: Kouyuusho o kakunin shite hoshii no desu ga.
Tolong bapak sahkan surat pembelian ini.
Shachou: Hai.
Ya.

Dalam masyarakat Jepang ucapan Arigatou gozaimasu tidaklah selalu diucapkan pada seseorang yang telah berbuat kebaikan sebagaimana yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut tergantung kepada situasi yang mengikutinya. Bahkan bila ungkapan terima kasih digunakan pada kasus tertentu akan dianggap tidak sopan. Jadi ada situasi dimana lebih baik digunakan ungkapan Sumimasen [Maaf] ketimbang Arigatou gozaimasu [Terima kasih].

A : Nani ka o ochimashita yo.
Barangnya ada yang jatuh.
B : A, doumo sumimasen.
Oh ya, terima kasih.

Pada kasus ini orang yang ketinggalan barang mengucapkan Sumimasen kepada orang yang memberitahukannya. Ungkapan ini mengandung makna terima kasih atas kebaikannya memberi peringatan dan bermakna maaf atas kesudian orang tersebut menyisakan waktu memberitahukan barang yang terjatuh. Makna kedua lebih kuat dibandingkan makna pertama, karena kelalaian tersebut adalah kesalahan sendiri dan bukanlah tugas atau pekerjaan orang lain memberitahukannya. Apabila diucapkan Arigatou gozaimasu, seolah-olah sudah kewajiban orang tersebut memperingatkan kita pada barang yang tertinggal.

Kasus lain yang memerlukan penggunaan ungkapan ini adalah ketika seorang ibu yang mengucapkan Doumo sumimasen kepada seseorang yang telah memberi penganan kepada anaknya. Apabila digunakan Arigatou gozaimasu seolah-olah sang ibu memang menghendaki penganan tersebut diberikan kepada anaknya. Ungkapan maaf tidak menggambarkan kehendak yang demikian.

Ada pula situasi lain yang memungkinkan yang mana saja dari kedua ungkapan tersebut dapat digunakan. Agaknya kaum wanita lebih banyak mengucapkan Sumimasen untuk menyampaikan terima kasih dan maaf dibandingkan kaum laki-laki. Tingkat usia pembicara perlu pula dipertimbangkan di sini. Anak muda relatif lebih sering menggunakan Arigatou gozaimasu daripada orang dewasa yang menggunakan Sumimasen.

Sumber: Ungkapan Bahasa Jepang (Pola Komunikasi Bahasa Jepang) oleh Edizal,
Kesaint Blanc, 1992
---

Arigatou, sumimasen..
Maaf, terima kasih.. Eh, keliru. Terima kasih, maaf..
Walaupun saya lebih menyukai ungkapan "terima kasih", tapi sepertinya dalam kehidupan nyata, saya lebih sering mengucapkan kata maaf.
Tapi berdasarkan tulisan di atas, rupanya ungkapan "terima kasih" itu terdengar kekanak-kanakan.. Itu artinya saya terdengar kekanak-kanakan dwoong! Huaaah.. Bagaimana ini?
Tapi sebentar! Saya kira saya punya alasan sederhana kenapa saya lebih menyukai ungkapan "terima kasih" dibanding "maaf".
Begini..
Bila seseorang mengucapkan “terima kasih” hampir bisa dipastikan wajah maupun perasaan si pengucap ungkapan tersebut penuh dengan kegembiraan atau keceriaan. Ini seperti halnya seseorang yang mendapatkan kejutan yang menyenangkan.

Tetapi kalau seseorang mengucapkan kata 'maaf', saya ragu ia akan mengucapkannya dengan wajah yang berbinar penuh suka cita. Yang ada malah raut wajah yang sedih menggambarkan suasana hati yang bersalah atau menyesal.
Nah sekarang, lebih baik mana, bergembira atau bersedih?
Saya kira selama bergembira itu belum dilarang, saya lebih pilih bergembira
Yaa, itu sih cuma menurut saya pribadi..
Selebihnya, terserah anda, mana yang lebih baik antara ungkapan “maaf” atau “terima kasih.”